Pages

Chapter Two

Sama itu antonimnya beda, ya? terus kalo bersama kok antonimnya sendirian? #teruskenapa #oke ini nggak nyambung #eaa

Terus, pernah nonton film 'Ayah, mengapa aku berbeda?' nggak? Belum pernah ya? Bagus, jangan nonton. Nggak usah. Nggak bakal nangis nonton itu karena pemainnya ganteng. Nah tuh kan nggak nyambung lagi.

Oke, kali ini beneran. Eh kemarin sampe apa ya? Ohya sampe nama.
Nama, sesuatu yang gue bingung kenapa manusia demen banget ngasih nama pada setiap yang mereka temukan.

-Chapter two, am I know you?-

Setelah menyebutkan nama saya, anak-anak di forum itu juga menyebutkan nama mereka sambil bergantian salaman sama saya. Seingat saya ada 6 anak saat itu.

Ada yang rambutnya merah, kaya jagung, namanya Andhin. Terus yang pakai kacamata biru, Wike. Ada lagi Frida sama Filda. Kenapa namanya mirip sih. Gayanya juga. Terus yang 'langsing' dalam tanda kutip itu Nadi. Sounds strange. Dan yang mengaku namanya Mei, buset... jujur, hal pertama di kepalaku adalah, "ini orang apa kunti sih?" Maaf kalo gue blak-blakan banget di paragraf ini. Padahal gue gapake ax*s. Belakang gue cowok semua. Gue takut ngadep belakang soalnya seliat gue mereka kayak sengget pete. Mana mukanya setipe Christoper semua. Gue bilang semua karena yang belum kumpul semua cowoknya.

Ternyata ada satu cewek yang nyempil di barisan belakang, belakangnya cowok malah. Dia ber-hijau-hijau seperti anak Al-IRSYAD. Terus gue disuruh orang buat nyuruh dia gabung ke forum barusan. Terus dia berdiri samping gue. Namanya Rara. Kok gue tau? Barusan nanya ._.

Terus kami berbincang. Forum ini masih membicarakan kelas kami. Akselerasi. Yang artinya hanya ditempuh dua tahun waktu normal. Berarti kami tidak kan mengalami kelas duabelas? Atau dari kelas sepuluh langsung ke dua belas? Tidak ada sebelas? Awam. Ya, memang. Begitu awam. Apalagi kelas ini adalah kelas akselerasi angkatan pertama di SMA ini. Forum itu banyak bicara, banyak tertawa membayangkan hal-hal yang kiranya akan menyenangkan dua tahun kedepan. Ya, kecuali aku yang emang masih rada jaim di situ. Lagian aku kan aslinya emang pendiam. #mukapolos. Padahal kenyataannya akan lebih kejam daripada itu semua. Sesekali aku melirik ke barisan X-9.

Dalam diam ku, dalam derak-derak suasana yang terlihat menyenangkan itu, aku berpikir. Kenapa? Heran membaca aku berpikir? Oh. Aku melirik ke arah mereka satu persatu. Dan, dor. Enggak dink. Mereka seperti ku kenal sebelumnya. Di suatu waktu yang entah kapan. Aku seperti tahu nama-nama mereka, tapi bukan yang barusan mereka sebutkan. Wajah mereka, familiar sekali. Dan entah kenapa aku malah baru berpikir mimpi apa aku semalam sampai dapat hidup seperti itu.

Ada mas-mas yang ngabsen. Dia mirip Gani menurutku. Nah, ini lagi. Dia ngabsen barisan kami. Yang kerennya, dari A sampai Z.
Setelah gue liat, emang di situ ada Ayu sama Andika. Terus di belakang juga ada Christoper tuh kontras banget, dan Revan. Sekedar info, mereka belum pernah satu kelas sama saya pas SMP. Wasalam.

Lalu kami digiring eh diminta mengekor masmasmiripGani tersebut ke dalam. Kelas-kelas yang lain pun. Kami disuruh masuk ruang 16, cukup aneh menurutku mengingat ruang kelas itu melebar.
Kami duduk. Banyak bangku kosong tersisa. Dan setelah ku hitung, ternyata ceweknya emang lebih banyak daripada cowok -bukan hanya perasaanku saja sedari tadi di lapangan. Dengan perbandingan 16 cewek dan 8 cowok. 2:1. Dikit ya? Dikit. DIKIT. Kelas macam apa ini hah?
*gebrak-gebrak gerbang besi*
*buru dipublish sebelum hari berganti*

0 komentar:

Posting Komentar